Senin, 23 Desember 2013

4 nama terkait kasus century versi Anas Urbaningrum

Bank Century
Kedatangan Tim Kecil Century di kediaman mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, di Duren Sawit Jakarta, mencuatkan empat nama yang disebut Anas menerima aliran dana Century. Namun nama yang bergulir di media kemudian dibantah oleh Anas sendiri. Tim Kecil Century yang datang ke rumah Anas pun kompak menutup rapat nama-nama yang disampaikan Anas. Ada apa di balik ditutup-tutupinya isu yang terlanjur menyeruak? Benarkah Anas ketakutan setelah membocorkan keempat nama yang disebut berasal dari partai politik itu? Sumber The Politic menyebut keempat nama tersebut adalah Menko Perekonomian, Hatta Rajasa; Putra bungsu Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono; CEO Fox Indonesia, Choel Mallarangeng serta Pemimpin Central Cakra Murdaya, Hartati Murdaya. Benarkah?

Senin (4/3) pagi kediaman rumah mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum didatangi politisi Senayan. Mereka adalah Tim Kecil Century DPR yang terdiri dari Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera, Ahmad Yani dari Partai Kebangkitan Bangsa, Syarifuddin Sudding dari Partai Hanura, Hendrawan Supratikno dari PDIP serta Chandra Tirta Wijaya dari PAN. Sekitar tiga jam anggota Tim Kecil Century itu berada di dalam rumah Anas. Kelima politisi itu hanya mengatakan mendapatkan informasi penting yang disampaikan Anas termasuk membocorkan empat nama yang diduga menerima aliran dana Century. Namun sayang tim itu enggan menyebutkan nama-nama yang disebut merupakan orang partai itu. “Century ini kasus besar semoga bisa dituntaskan sebelum masa jabatan anggota DPR berakhir,” ujar Fahri Hamzah. “Ini sudah komitmen saya dengan dia (Anas Urbaningrum). Kalau dia mau bicara, karena kita mau menjaga betul,” tambah Ahmad Yani yang mengenakan kemaja warna biru dan celana bahan katun warna hitam.
Menurut Syarifuddin Sudding, Anas menyampaikan tiga dokumen yang masing-masing saling berkaitan yang mengarah pada keterlibatan orang-orang yang diduga penerima aliran dana Bank Century. Sudding juga mengatakan Anas menyebut empat nama. “Nama-nama orang ini bahasanya adalah lingkaran paling dalam yang bisa mengetahui aliran dana itu,” jelasnya. 
Secara terpisah The Politic menemui Hendrwan Supratikno di Gedung Nusantara I Lantai 6, Rabu (6/3). Kepada The Politic ia membenarkan keempat nama yang disebut Anas berasal dari partai politik. Menurutnya pembicaraan yang berlangsung hampir satu jam yang dilanjutkan dengan makan siang itu, berjalan rileks tidak seperti suasana sidang di Timwas Century. Selama perbincangan suara televisi sengaja dikeraskan karena ini SOP untuk menjaga kerahasiaan apa yang dibicarakan. Pada pertemuan itu justru pembicaran awal yang terlontar dari Anas terkait dengan kasus Hambalang. “Obrolan soal Hambalang justru yang lebih seru dan nama-nama yang disebut lebih seru lagi.  Pada satu titik kami mengingatkan Fahri Hamzah untuk fokus dalam kasus Century. Ketika masuk pembicaraan Century malah Anas mengeluarkan perkataan bercanda, “Apa ada yang masih perlu ditanyakan dari saya,” ujar Hendrawan menirukan Anas.
Menurut Hendrawan, ketika membicarakan tentang kasus Century suasana mengalir dengan penuh canda dan tawa. Nama-nama kembali disebutkan oleh Anas saat ia mengurai kronologis peristiwa Century itu terjadi. Dari beberapa nama yang Anas sebut mengerucut ada enam nama yang perlu dicermati. “Satu orangnya sudah meninggal, satu lagi tidak relevan, dan tinggal empat nama yang semua politisi. Saya tidak menyebutkan background-nya karena politsi bisa saja ilmuwan, pengusaha, atau aktivis. Tiga berafiliasi dengan Demokrat dan satu politisi di luar Demokrat,” jelas Hendrawan panjang lebar. Saat ditanya nama-nama keempat orang tersebut, Hendrawan tetap menutup rapat. “Kami sudah sepakat dari pertemuan dan yang menghasilkan nama itu tidak akan dipublikasikan karena menjadi suatu yang rahasia bagi tim kecil ini,” ujarnya sambil tersenyum.
Hendrawan menambahkan pada pembicaraan tersebut tidak terfokus pada masalah aliran dana, dan hasil keterangan Anas itu sendiri baru bisa ditindak-lanjuti apabila keterangan memenuhi persyaratan. “Apakah informasi bersifat baru, relevan dan spesifik, itu akan dirapatkan dengan tim kecil,” tambahnya.
Kabar pun berkembang, keempat nama yang disebut dalam pertemuan Tim Kecil Century dengan Anas adalah Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai Mensesneg dan juga Ketua Pemenangan Pilpres SBY, Putra Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, Choel Mallarangeng, CEO FOX Indonesia serta Tim sukses pasangan SBY-Boediono yang juga teman dekat Ibas dan anak kesayangan Ibu Ani Yudhoyono, serta Hartati Murdaya, pemimpin Central Cakra Murdaya yang juga pemodal SBY di Pemilu 2004 dan 2009 serta menjabat sebagai Bendahara pemenangan SBY pada Pemilu 2009. Sementara dua orang lainnya beredar kabar nama pengusaha Boy Tohir dan Zainal Abidin, mantan Bendahara Demokrat dan juga Bendahara Tim Sukses Kampanye SBY-Boediono yang meninggal Juni 2009. 
Dari keempat nama yang diduga menerima aliran dana Century tersebut, sebenarnya sudah pernah dilontarkan oleh dua orang aktivis LSM Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera). Pada 30 September 2009. Bertempat di kantor Bendera, Jalan Diponegoro 58 Menteng Jakarta Pusat, dua orang aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), Mustar Bonaventura dan Ferdinandus Semaun mempublikasikan sejumlah tokoh dan pejabat serta lembaga komisi pemilihan umum dan bahkan lembaga survey yang diduga menerima aliran dana Bank Century untuk kepentingan politik 2009 (mafia Pemilu). Yaitu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Politik, Hukum, Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, CEO Fox Indonesia Choel Mallarangeng, Rizal Mallarangeng. Kemudian putra Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono, serta pengusaha Hartati Murdaya.
Data-data ini berdasarkan dari jaringan aktivis JakartaBandung, Cianjur dan Bogor. Namun Ferdi mengatakan pihaknya tidak ingin menyebutkan dari mana sumber data yang dia terima tersebut karena tidak etis dan sifatnya untuk melindungi sumber tersebut.  Koordinator Bendera Mustar Bonaventura mengatakan data-data aliran dana Bank Century yang sebagian besar diterima sejumlah kalangan politisi dan pengusaha tersebut siap dipertanggungjawabkan. Aliran dana Bank Century diduga sebagian dipergunakan untuk kepentingan politik.
Bendera melansir bahwa dana Bank Century sebesar Rp 1,8 triliun mengalir ke Partai Demokrat dan Tim Sukses SBY-Boediono dalam Pilpres 2009. Ada 11 nama, yang dituding Mustar Bonaventura dan Ferdinandus Semaun, menerima dana Bank Century, yakni KPU sejumlah Rp 200 miliar, LSI sebesar Rp 50 miliar, FOX sebesar Rp 200 miliar, Partai Demokrat Rp 700 miliar, Edi Baskoro sebesar Rp 500 miliar, Hatta Radjasa sebesar Rp 10 miliar, Joko Suyanto sebesar Rp 10 miliar, Andi Mallarangeng sebesar Rp 10 miliar, Rizal Mallarangeng Rp 10 miliar, Choel Mallarangeng Rp 10 miliar, dan Hartati Mudaya sebesar Rp 100 miliar.
Sehari pasca-pernyataan aktivis Bendera, Presiden SBY gerah dan merespons cepat agar kasus ini diselesaikan agar keadilan ditegakkan. SBY merasa bahwa pemberitaan putra dan partainya menerima aliran Century  merupakan berita fitnah.  “Silakan cek dari kebenaran berita itu (aliran dana ke 11 politisi dan lembaga). Berita itu merupakan fitnah luar biasa dan perlu diselesaikan supaya keadilan ditegakkan,” ujar Presiden SBY kala itu. 

Ferdi Semaun, Sekretaris Jendral (Sekjen) Bendera pada Jumat (5/2/2010) mengatakan proses aliran dana tersebut melalui Amirudin Rustan (pemilik bengkel UD Mahaputra di Makassar) menerima Rp 33 miliar dengan transaksi via rekening pada Senin 15 Desember 2008. Kemudian, Amirudin meneruskan dana itu ke Choel Mallarangeng sebesar Rp 7 miliar, Selasa 23 Desember 2008. Transaksi dari Amirudin ke Choel Mallarangeng diantar dengan mobil bernomor polisi B 8751 HK. “Transaksi dilakukan ini (dalam bentuk) cash di Hotel Borobudur Jakarta,” ujar Ferdi. Selain dari Amirudin, Ferdi mengatakan, Choel juga mendapat aliran dana dari Hartati Murdaya sebesar Rp 3 Miliar, Senin 16 Februari 2009. Transaksi itu diantar dengan mobil bernomor polisi B8669 MK di Hotel Ambarawa.

Menurut Ferdi Hartati Murdaya menerima aliran dana Century sebanyak dua kali. Pertama sebesar Rp 45 miliar pada Minggu 21 Desember 2008. Transaksi itu kabarnya terjadi di sekitar Lapangan Banteng Jakarta dan diantar dengan mobil bernomor polisi B 9743 AF. Transaksi kedua sebesar Rp 30 miliar ke Hartati terjadi di dekat Atrium Plaza Jakarta, 21 Januari 2008.. Terakhir adalah almarhum Budi Sampoerna yang meneruskan aliran dana dari bank Century ke Partai Demokrat sebesar Rp 60 miliar. Transaksi itu diantar dengan mobil bernomor polisi B 9757 AF. Menurut Ferdiiadan LSM Bendera meyakini kebenaran dari informasi itu. Ferdi juga menyatakan bahwa informasi itu valid dan ada saksi mata yang pada saatnya nanti bersedia mengungkapkan fakta-faktanya. 

Dari 11 nama yang disebut Bendera pada saat itu, enam orang yang dituduh menerima aliran dana Bank Century kemudian mendatangi Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya untuk membuat laporan atas dugaan pencemaran nama baik. Mereka yang membuat laporan adalah Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, anggota Komisi I DPR Edhi Baskoro Yudhoyono, serta keluarga Mallarangeng lain, yaitu Rizal dan Choel Mallarangeng.
Mustar Bonaventura dan Ferdinandus Semaun kemudian menghadapi putusan di Pengadilan Negeri Jakarta. Keduanya dijerat pasal 310 KUH Pidana subsider Pasal 311 KUH Pidana dan 315 KUH Pidana, tentang pencemaran nama baik, dengan ancaman penjara di bawah 5 tahun. Dalam pembelaannya, kedua terdakwa menyatakan bertanggung jawab atas konferensi pers yang dilakukannya dalam menyebut nama-nama penerima aliran dana Bank Century. Keduanya kemudian divonis 7 bulan penjara.

Hatta Membantah.
Kini mendengar namanya kembali disebut menerima aliran dana Century,  Hatta Rajasa yang juga Ketua Umum PAN dan Menteri Koordinator Perekonomian, Selasa (5/3) membantah keras. “Saya dikatakan menerima aliran dana Century, ini lagu lama. Dulu juga pernah saya laporkan ke polisi, ingat? Ini 1000% fitnah, tidak betul sama sekali,” ujar  Hatta di kantornya.
Bahkan guna lebih meyakinkan, Hatta meminta penjelasan langsung dari Tim Kecil Century yang menemui Anas dan mengutus orang untuk menemui Anas terkait namanya yang disebut terlibat. Hatta juga memastikan Anas tak pernah menyebut namanya. Seperti yang disampaikan Ketua DPP PAN Viva Yoga di Kantor PAN dengan membacakan pesan singkat yang dikirim Hatta. “Saya baru saja ketemu Anas. Anas mengklarifikasi bahwa dia tidak pernah menyebut nama-nama penerima aliran dana Century dan tidak mungkin berbuat begitu ke Bang HR (Hatta Rajasa) karena Anas hormat ke Bang HR sebagai senior HMI. Anas meminta Profesor Hendrawan dari PDIP untuk mengklarifikasi berita tersebut,” ujar Viva Yoga.
Senada dengan Viva, politisi PAN Chandra Tirta Wijaya yang ikut dalam Tim Kecil Century yang mendatangi kediaman Anas menegaskan, nama-nama yang disebut media menerima dana Century tidak benar, termasuk penyebutan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dan pengusaha Boy Garibaldi Thohir. “Jadi berdasarkan keterangan yang menyebut nama Hatta Rajasa tidak benar, begitu juga nama pengusaha Boy Thohir,” jelas Chandra yang baru datang saat pembicaraan Tim Kecil Century dan Anas selesai.
Namun menurut Hendrawan, nama-nama tersebut terbilang logis jika dikaitkan dengan kasus Bank Century. “Setelah saya tahu nama nama ini, analisis logisnya bisa saja. Pak Hatta saat itu kanMensesneg, Bu Hartati sebagai penyandang dana dan Pak Zainal Abidin sebagai bendahara. Soal koordinasi eksekusi satu Perpu itu kan butuh orang,” ujarnya. Hendrawan menilai keempat nama itu logikanya bisa masuk kalau dikaitkan soal aliran dana. “Namun, benar apa tidak ini kan masalahnya,” imbuhnya. Menurutnya, nama-nama itu muncul tidak dipersiapkan sebelumnya, tetapi muncul mengalir saat pertemuan terjadi.
Sementara itu disebutnya nama-nama yang mencuat di media seperti Hatta, Ibas, Hartati dan Choel, Hendrawan tetap enggan membeberkan. “Ini menyangkut nama-nama orang. Kami harus hati-hati karena kami belum tahu persis apakah mereka benar terlibat aliran dana, atau hanya mengetahui ada aliran dana itu. Jadi kalau kami tak valid memferifikasi data, ini bisa jadi pembunuhan karakter terhadap nama yang disebut,” jelas Yani. “Kalau Ibas saya no comment lah,” tambahnya saat ditemui The PoliticKamis (7/03) di DPR.
Dalam acara peresmian masjid di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anas mengakui menyebut nama. “Kan sudah dijelaskan, kalau diskusi soal Century pasti menyangkut  peristiwa-peristiwa. Kalau menyangkut peristiwa pasti ada nama-nama, itu sudah pasti. Tetapi tidak ada pembicaraan nama terkait aliran dana, tidak ada,” jelas Anas kepada The Politic Jumat (8/3). Bukan hanya itu, beberapa hari sebelumnya, pada acara Smart Evening di Radio Smart FM yang dipandu Rosiana Silalahi, Anas mengatakan bahwa tidak pernah ada diskusi aliran dana Bank Century di rumahnya. Lebih lanjut Anas mengatakan bahwa data Century hasil Pansus dan Timwas Century DPR di KPK. “Sudah lengkap kabeh (semua), tinggal jalan saja,” jelas Anas.
Jumat (8/3) malam, rumah Anas tampak beda. Halaman rumah Anas tampak tertutup tenda karena digelar acara pengajian besar yang biasa diadakan Anas tiap Jumat Legi. Acara itu mengundang ratusan santri dari berbagai tempat. Acara pengajian yang dimulai pukul 18.00 WIB sampai 22.00 WIB itu didatangi jamaah bukan dari sekitar rumah Anas. “Saya dari Jati Bening, ada yang dari Tangerang, Banten, dan Bogor,” jelas sekelompok jamaah usai menghadiri pengajian di rumah Anas. Namun Anas tak terlihat keluar rumah hingga para tamu pulang. Esok paginya The Politickembali mendatangi rumah Anas. Hingga sore hari Anas tak juga keluar rumah. Menurut petugas keamanan rumah tersebut, Anas berada di rumah namun tak bersedia ditemui. “Bapak ada, lagi istirahatnggak mau ditemui,” ujarnya. Sepanjang hari hanya terlihat satu orang tamu yang datang ke rumah Anas sekitar pukul 08.00 yakni pimpinan Pondok Pesantren Al Zaitun Panji Gumilang, Imam besar Negara Islam Indonesia (NII).
Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (Kompak) Fadjroel Rachman mengatakan Anas tidak ingin menyebutkan nama-nama penerima aliran dana Century karena dalam posisi ketakutan. “Mungkin Anas khawatir ia disebut menyembunyikan bukti pidana, karena juga orang itu bisa terkena pidana. Apalagi Timwas mengatakan ditunjukkan dokumen penting Cenury. Saya rasa Anas ketakutan, makanya dia ngomong lagi tidak menyebutkan nama-nama penerima aliran dana. Ini seperti mengaburkan yang terlanjur beredar,” jelasnya. 

Usut Hatta dan SBY. 
Politisi Golkar dan anggota Timwas Century, Bambang Soesatyo  menilai bahwa Ketua Umum PAN Hatta Rajasa memiliki peran dalam kasus bailout Century, sehingga Bambang mendesak KPK segera memeriksa Hatta Rajasa mengingat saat itu ia menjadi Menteri Sekretaris Negara. “KPK harus mengecek suratsurat dari Sri Mulyani untuk Presiden terkait bailout Century,” ujarnya. 
Saat ditemui The Politic di kawasan Menteng Jakarta, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M. Marssadi mengatakan, Anas, Andi dan Choel dibutuhkan untuk membongkar aliran dana yang selama ini sangat misterius. “Anas tahu mungkin dana itu digunakan untuk kampaye partainya. Sedangkan Andi dan Choel dari FOX yang saat itu sebagai tim sukses SBY di Pemilu 2009. Uangnya dari mana, pasti FOX?” tanya Adhie. Aktivis ini juga menambahkan KPK harus periksa Hata Rajasa dalam konteks Century ini untuk menjelaskan siapa inisiator Perpu No. 4 tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan itu. “Karena prosesnya dari Sekretariat Negara jadi Hatta yang  bisa menjelaskan surat dan Perpu itu,” ungkapnya.
Ditambahkan Bambang Soesatyo, Century sudah sampai pada ujung. Century sudah harga mati yang harus dibongkar. “Publik tidak sabar akhir dari drama Century ini. Kasus ini akan terbongkar, ini hanya masalah waktu. Apakah ini terbongkar pada saat Presiden masih berkuasa atau setelah mereka tidak berkuasa. Kita akan habis-habisan menuntaskan kasus Century tahun 2013. Semoga bulan Oktober ini selesai,” tandasnya ketika dijumpai The Politic di Plaza FX Senayan Jakarta, Senin (4/3).
Menurut Bambang, Century merupakan rangkaian peristiwa konspirasi yang diciptakan oleh Pemerintah, terutama untuk menjegal anggota Timwas Century seperti dirinya yang disebut dalam kasus Simulator SIM, termasuk dikuntit 3-4 orang intelejen sejak ia diisukan bertemu Anas di sebuah restoran di Kebayoran Jakarta Selatan menjelang Anas akan diumumkan sebagai tersangka. Bukan hanya itu, Bambang juga mengatakan, Ketua KPK Abraham Samad sudah dihajar dengan kebocoran sprindik. Jadi memang kasus Century ini memiliki efek ganda yang luar biasa. Orang-orang di sekeliling yang akan membongkar Century pasti akan terkena persoalan dan tekanan. “Meski Abraham dituding membocorkan sprindik Anas, tapi ia dan saya yang ngotot untuk membongkar Century. Korban yang sudah jelas adalah Misbakhun dan Antasari,” terangnya.  D. Ramdani, Amir, Susanto, Leonina, Iqbal, 


***



 Choel Malarangeng

Namanya Disebut, Santai Main Tenis di Rumahnya

Polemik aliran dana Bank Century selain menembak sasaran di lingkaran kekuasaan, juga menyorot bungsu dari tiga bersaudara Mallarangeng yakni Andi Zulkarnaen Mallarangeng yang akrab disapa Choel Mallarangeng. Nama Choel kembali disebut menerima aliran dana Century yang telah merugikan keuangan negara Rp 6,7 triliun.
Seperti diketahui, Choel adalah salah satu orang yang turut andil besar dalam pemenangan Presiden SBY pada Pemilu 2009. Bersama kedua saudaranya Andi dan Rizal Mallarangeng, mendirikan FOX Indonesia yang menjadi tim sukses Kampanye SBY di tahun 2008. Selain itu, Choel dikabarkan dekat dengan Ibas, putra SBY dan hampir tiap minggu Choel datang ke Cikeas. Bahkan sempat beredar kabar Choel sudah dianggap seperti anaknya Ibu Ani Yudhoyono. Bukan hanya itu Choel juga berjasa atas mulusnya langkah Ibas melenggang ke DPR karena Choel menjadi konsultan politik putra bungsu SBY itu. 

Banyak Kasus.
Pada tahun 2011, nama Choel Mallarangeng disebut sebagai salah satu penerima suap WismaAtlet SEA Games, Palembang, yang menyeret terdakwa utama anggota DPR RI Muhammad Nazaruddin ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Mindo Rosalina Manulang, yang juga mantan anak buah Nazaruddin bersaksi bahwa Choel juga menerima jatah dari total Rp 20 miliar yang dikeluarkan Permai Group milik Nazaruddin untuk menggolkan anggaran proyek Wisma Atlet dan pembangunan pusat olahraga Hambalang. 
Bahkan bukan hanya itu, pada 25 Februari 2013 yang lalu  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita uang sebanyak 550 ribu Dolar AS dari Choel Mallarangeng terkait dugaan kasus korupsi dalam pembangunan Pusat Pelatihan, Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Jawa Barat. Uang tersebut berasal dari mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Deddy Kusdinar, saat ulang tahun Choel pada 28 Agustus 2010. Selain itu Choel juga disebut menerima Rp 2 miliar dari Komisaris PT Global Daya Manunggal, Herman Prananto, pada Mei 2010 karena peran Choel yang selalu memenangkan perusahaan tersebut dalam proyek-proyek Pemda. Dari data Bendera, disebutkan Choel menerima uang sebesar Rp 10 miliar dari aliran dana bailout Bank Century.
Terkait hal tersebut, The Politic mendatangi kediaman Choel di kawasan elit Jalan Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat Jumat malam (8/03). Rumah yang berada di hook dengan luas sekitar 800 m2 yang memiliki tiga tingkat bangunan dan lapangan tenis di bagian samping rumah itu tampak megah. Bagian depan rumah dikelilingi pagar yang terbuat dari kayu papan setinggi lebih dari dua meter yang menyulitkan untuk melihat bagian dalam rumah yang dilengkapi dengan kamera pengintai.
Di samping rumah terdengar Choel sedang bermain tenis dengan lampu sorot menyinari lapangan yang diselimuti jaring itu. Sementara di bagian luar rumah terdapat mobil sedan warna silver. Setelah beberapa jam berada di depan rumah Choel, dua orang petugas keamanan yang memperhatikan dari kamera CCTV membuka gerbang rumah yang terbuat dari kayu papan. “Ngapaindi sini, nggak boleh ambil gambar, harus izin dulu,” bentak petugas keamanan yang hendak merampas kamera The Politic.  Setelah dijelaskan maksud dan tujuan untuk menemui Choel, petugas keamanan itu mengatakan Choel sedang main tenis. “Ada di rumahnya, dan dia (Choel) sedang tidak bisa diganggu karena lagi main tenis dengan kerabatnya,” jelasnya seraya menutup rapat pagar kembali.  Hingga pukul 12 malam, Choel tak juga keluar rumah, hanya dua mobil Alphard dan Mercy yang ditumpangi teman-teman Choel keluar rumah bernomor lima itu.
Esok harinya, Sabtu (9/03) The Politic kembali mendatangi kediaman Choel. Beberapa jam menunggu di depan rumah Choel, dua orang petugas semalam kembali keluar dan mengusir. “Bapaknggak bisa ketemu. Kalau mau wawancara tanya Pak Rizal aja,” bentaknya dan meminta The Politicmeninggalkan rumah Choel. Sementara itu, The Politic yang sempat mendatangi Freedom Institut, kantor Rizal Mallarangeng tampak sepi. Menurut petugas keamanan, kantor libur di hari Sabtu. Rizal Mallarangeng, juru bicara keluarga Mallarangeng ini tak juga menjawab berkali-kali telepon The Politicserta lebih dari 10 pesan singkat yang dilayangkan padanya. Jojo, Edi

***


 Hartati Murdaya

Dua Kali Namanya Disebut Penerima Aliran Dana Century

Nama Hartati Murdaya kembali disebut sebagai penerima aliran dana Century. Seperti yang pernah dilansir LSM Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) bahwa anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu menerima uang sebesar Rp 100 miliar. Hartati kemudian melaporkan LSM Bendera ke Mabes Polri terkait pencemaran nama baik dirinya.

Pemilik nama asli Tjee Lie Ing yang menikah dengan Murdaya Widyawimarta Poo pada tahun 1991 ini kemudian berganti nama menjadi Siti Hartati Murdaya Poo. Hartati bersama suaminya mendirikan Grup Berca (PT. Berca Sportindo) yang mendistribusikan produk sepatu pabrikan Nike, sekitar akhir tahun 80an. Usahanya mulai meroket di tahun 1994.

Laba yang besar digunakan oleh Hartati untuk mendirikan PT Central Cipta Murdaya (CCM) yang berlokasi di Jalan Cikini, Jakarta Pusat. Tidak berhenti di sana, lulusan Ilmu Ekonomi Trisakti tahun 2002 ini berhasil membeli aset perusahaan Salim, yaitu PT Metropolitan Kencana dari BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Pembelian tersebut menjadikan CCM salah satu perusahaan penguasa properti. Sederet mal mewah dan perkantoran di Jakarta menjadi milik CCM. Wisma Metropolitan I dan II, World Trade Center di kawasan Sudirman, dan Pondok Indah Town Center Jakarta juga berhasil dibangun dengan investasi melebihi angka Rp 10 triliun.

Lebih dari 40 tahun berkecimpung di dunia bisnis, tak kurang dari 36 perusahaan dimiliki Hartati dengan induk perusahaan bernama Cipta Cakra Murdaya (CCM) atau Berca Group yang berkantor di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Berkat kepiawaiannya berbisnis, beberapa media asing seperti majalah Forbes menempatkan Tjee Lie Ing atau Hartati Murdaya sebagai orang terkaya di Indonesia dalam peringkat ke-13. Majalah Globe Asia tahun 2009 juga mencatat keluarga Murdaya dalam daftar 150 orang terkaya Indonesia dengan total kekayaan sebesar USD 993 juta.

Dekat dengan SBY. 
Tak hanya piawai di dunia bisnis, Hartati Murdaya juga terjun di kancah politik tanah air yang membuatnya dikenal sebagai pribadi yang dekat dengan para penguasa. Tindak-tanduk Hartati kerap dihubung-hubungkan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Presiden perempuan pertama, Megawati. 

Di era Soeharto Hartati sudah mulai dekat dengan lingkungan pejabat dan Menteri. Ia selalu merapat ke Istana Negara agar mendapat perlindungan dari penguasa. Sikapnya yang demikian bertujuan agar setiap aksi korporasi perusahaan miliknya selalu mendapat sinyal positif dan berbagai kemudahan dari Pemerintah. 

Tak pelak beberapa julukan melekat pada diri Hartati Murdaya. Beberapa media massamenjulukinya dengan istilah ‘Majikan Para Penguasa’ atau Hartati The Godmother’. Julukan tersebut tentu saja bukan tanpa alasan. Kedekatan Hartati dengan orang nomor satu negeri ini kabarnya membuat Hartati  bisa menentukan siapa saja yang menduduki posisi prestige di pemerintahan. Sebagai konglomerat, Hartati juga royal menyokong dana politik untuk Capres-Capres dan partai-partai besar seperti PDIP dan Demokrat.

Awal mula kedekatan Hartati dengan SBY dimulai sejak tahun 2004. Hartati yang melihat gelagat Megawati tidak akan kembali terpilih sebagai Presiden, merapat ke kubu Demokrat dengan cara membantu SBY menggalang dana kampanye Pemilu 2004. Maklum sebagai pengusaha Tinghoa yang sukses, Hartati dipercaya banyak pengusaha China sehingga pengusaha warga keturunan itu tak sungkan menjadi donatur untuk kampanye Pemilu tahun 2004. 

Ketika SBY berkuasa, banyak proyek Pemerintah dan BUMN tak lepas dari tangannya. Posisi Hartati Murdaya sebagai salah satu pengumpul dana kampanye SBY yang juga kader Partai Demokrat tentu semakin memperkuat hubungan baik dengan Presiden SBY maupun istrinya Ani Yudhoyono. Bos konglomerat itu pun menjadi anggota Dewan Pembina Partai Demokrat dalam perjalanan politiknya bersama partai bintang biru. Belakangan disninyalir, Hartati merupakan salah satu penyumbang terbesar dana kampanye Presiden SBY. Namun ketika ia tersandung kasus dugaan suap Bupati Buol sebesar Rp 3 miliar dan ditetapkan sebagai tersangka, Hartati memutuskan untuk keluar dari struktur kepengurusan Partai Demokrat sejak 13 Agustus 2012.

Sabtu (9/3) The Politic mendatangi Rutan KPK di mana Hartati ditahan. Karena hari Sabtu bukan waktu besuk, tak ada seorang keluarga atau kuasa hukum Hartati yang datang. Seorang petugas keamanan yang diminta menyampaikan pesan The Politic terkait tudingan nama Hartati kembali disebut menerima aliran dana Century, petugas Rutan KPK itu pun menolak. “Kalau mau kasih surat ke atas saja (lobi KPK) tapi hari kerja. Saya cuma jaga di sini saja, nggak bisa masuk ke dalam. Di sanadijaga polwan lagi, saya nggak berani,” jelasnya. Sore harinyaThe Politic menyambangi rumah mewah milik Hartati di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Menurut sekuriti di rumah tersebut, suami Hartati tidak ada di rumah dan sedang berada di kota Bogor, Jawa Barat. “Bapak sedang di Bogor,nggak bisa wawancara Mas. Tapi pesannya nanti saya sampaikan,” kata seorang lelaki separuh baya dari balik pagar.
Rumah megah milik Hartati berdiri di atas lahan sekitar 1.500 m2 dengan tiga lantai. Rumah yang dicat warna putih itu berpagar besi dan tembok yang menjulang tinggi dan pilar-pilar yang menyangga bagian depan rumah. Meski terlihat sangat modern, namun setiap malam, dua batang dupa dibakar di bagian balkon rumah. Hanya sedikit penerangan dirumah tersebut. Lampu taman, lampu utama rumah hingga lampu di ruang pos keamanan bercahaya sangat redup. Selain itu, jendela-jendela selalu tertutup tirai. Santo, Sopan

***


 Hatta Rajasa

Tak Ingin Komentar Masalah Century

Kedekatan Hatta dengan SBY terjalin sejak SBY masih menduduki posisi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia era pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Kedekatan Hatta dan SBY berlanjut saat SBY terpilih menjadi Presiden dan Hatta diangkat menjadi Menteri Perhubungan (2004-2007) dan Menteri Sekretaris Negara (2007-2009). 
Peristiwa pembobolan Bank Century yang dimulai sejak tahun 2008 itu diduga terjadi dari berbagai rapat antara Gubernur BI yang saat itu dijabat Boediono,  Menteri Keuangan dan Ketua KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) yang saat itu dijabat Sri Mulyani disebut membobol keuangan negara dengan alibi menyelamatkan Bank Century hingga mengalir uang 6,7 triliun. Pada dokumen rapat-rapat KSSK ada tembusan yang disampaikan kepada Presiden SBY. Saat akan mengucurkan dana talangan dari Rp 638 miliar yang akhirnya menjadi Rp 6,7 triliun, Sri Mulyani sempat mengirimkan 3 pucuk surat resmi yang seolah tak digubris SBY. Namun tertulis kata-kata seperti bapak ketahui dalam ketiga surat yang dikirim Sri Mulyani sebagai Ketua KSSK. Lantas, apa benar SBY tidak mengetahuisurat tersebut atau Hatta Rajasa yang saat itu menjabat sebagai Mensesneg tidak menyampaikannya, karena saat itu SBY pernah mengatakan keputusan pengucuran dana talangan Century Rp 6,7 triliun itu tanpa perlu persetujuan Presiden.

Dari data yang dirilis LSM Bendera, diketahui Hatta Rajasa menerima Rp 10 miliar dari aliran dana Century. Kabarnya karena ikut membantu, Hatta pun diberikan posisi jabatan strategis sebagai Menteri Koordinator Perekonomian masa jabatan 2009-2014. Bukan hanya itu, di tahun 2009, Hatta merapat ke Demokrat dengan menjadi tim pemenangan Pilpres SBY, padahal Hatta adalah salah satu petinggi PAN. Kedekatan SBY dan Hatta semakin lengket dengan menikahnya Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Siti Rubi Aliya Rajasa November 2011.

Pada 9 Januari 2010, Hatta Rajasa terpilih sebagai Ketua Umum DPP PAN periode 2010-2015 menggantikan Soetrisno Bachir. Sebelumnya sebagai ketua Fraksi 1999/2000, dan Sekjen PAN 2000-2005. Besan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini juga terpilih sebagai bakal calon presiden dalam pemilu 2014. Hal tersebut diungkapkan dalam Rapat Kerja Nasional PAN 2011 di Jakarta.

Harta Kekayaan Meningkat. 
Nama Hatta Rajasa bisa dibilang rutin melaporkan harta kekayaannya kepada KPK. Dari Laporan LHKPN mulai dari menjabat anggota DPR, hingga menjadi Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Hatta tidak pernah absen melaporkan harta kekayaannya. Data LHKPN menunjukkan kekayaan Hatta Rajasa meningkat setiap pelaporan.
Tanggal pelaporan 20 Juni 2001, total harta kekayaan Hatta Rajasa sebesar Rp 7.108.040.000 dan USD 111.609 dengan perincian (a) Harta Tidak Bergerak, Tanah dan Bangunan Rp 3. 098. 040. 000 (b) Harta Bergerak, seperti mobil merek Volvo Kia Carnival, BMW 318i, merek Toyota Landcruiser yang jumlahnya Rp 1.325.000.000. Logam mulia, batu mulia, barang-barang seni, barang-barang antik Rp 735.000.000 . (c) Harta bergerak lainnya memiliki jumlah Rp 380.000.000 (d) Surat berharga yang dimiliki Rp 120.000.000 (e) giro dan setara khas lainnya Rp 1.450.000.000
Tanggal pelaporan 4 November 2004 Harta kekayaan Hatta Rajasa naik menjadi Rp 9. 635. 063. 000 dan USD 10.000. Tanggal pelaporan 23 Nopember 2009 Rp 14.800.511.235 dan tanpa ada dolar. Tanggal pelaporan 27 Juli 2012 menjadi Rp 16. 955. 662. 087 dan USD 56.936 dengaen perincian (a) Harta Tidak Bergerak, Tanah dan Bangunan menjadi Rp 13.858.506.500. (b) Harta Bergerak, Rp 1.078.000.000 (c) Harta bergerak lain yang di dalamnya terdapat Logam mulia, batu mulia, barang-barang seni, barang-barang antik Rp 1.115.000.000. (d) Surat berharga tercantum Rp 0 . kemudian (e) giro dan setara kas lainnya Rp. 1.982.155.587. 
Sabtu pagi (9/03) The Politic mendatangi kediaman Hatta di Golf Mansion, Fatmawati, Jakarta Selatan. Rumah bergaya minimalis dengan menggabungkan dua rumah di atas tanah seluas 700 meter persegi terlihat sepi. Namun di halaman rumah yang dikelilingi pagar setinggi dua meter itu terlihat beberapa unit mobil terparkir seperti Toyota Camry hitam bernopol B 1808 RFS dan Toyota Alpard hitam B 20 PJ. Menurut satpam, Hatta sedang tidak ada di rumah. “Bapak lagi pergi, kalau mau wawancara bikin janji dulu,” jelsanya. Setelah dibujuk, satpam itu mengeluarkan buku tamu, dan memintaThe Politic menulis pesan di buku tersebut yang akan disampaikan pada Hatta. “Tulis aja pesannya di sini (memo) nanti saya sampaikan pada Bapak atau ajudannya ya. Yang penting sampai,” janji satpam itu.
The Politic kemudian menjumpai Hatta di acara rakor Legislatif Perempuan PAN se-Indonesia di DPP PAN, Simatupang, Jakarta Selatan pada Minggu (10/3). Hatta yang menggunakan kemeja putih dibalut jas warna biru dan celana hitam enggan berkomentar meski berkali-kali ditanya terkait aliran dana Century. “Tanya yang lain. Tanya masalah partai saja,” jawabnya ketus  dengan raut muka marah.Sopan, Amir Fiqi

Sumber: Tabloid The Politic Edisi 10 Tahun 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar