Kamis, 24 April 2014

Pemilihan Oemoem ??

pemilu 2014 telah berlalu dan menyisakan pertanyaan yang sangat mendasar bagi para pemilih yang mengapresiasikan suaranya melalui pemilu yang LUBER ini, siapakah yang akan memimpin indonesia melalui perwakilan rakyatnya , dan akan dibawa ke arah mana Indonesia tercinta ini.

hasil hitung cepat beragam versi menyebutkan Partai banteng mabok mulut berbusa memimpin di perolehan suara untuk perebutan kursi baik di pusat maupun daerah, dengan persentase yang tidak terlalu bersemangat menurut para kader kader nya hanya 18,9 % saja menurut Cyrus Network dan CSIS, angka ini jauh dari keinginan mereka yang ingin mencalonkan capres dan cawapresnya hanya dari kader kader mereka ( layaknya periode sebelumnya oleh partai yang lain), namun dengan persentase seperti itu mereka mampu mendorong sang "blusukan" untuk maju di putaran pemilu presiden sebagai calon presiden republik Indonesia !!, tinggal lobi " ideologi politik " dengan partai yang kalah kuat untuk menentukan siapa sang pendamping blusukan ini, apakah orang partai yang "politikus" , militer atau dengan latar belakang religius.


jika dilihat dari beragam informasi dan beragam nara sumber banyak menyebutkan bahwa pemilu 2014 ini merupakan pemilu paling banyak biaya dan pertaruhan dari partai partai politik yang memiliki tokoh, dari mantan orang militer, mantan gubernur, mantan menteri, raja dangdut, para pengkhianat partai lainnya dan ragam macam lainnya dari tipikal politikus juga pengusaha yang berupaya masuk dan mengendalikan negara ini.


di 2014 ini juga persentase pemilih golput menurun , rupanya banyak yang dibutakan oleh sang blusukan ato dibutakan oleh raja dangdut, atau bahkan CEO media grup ??, hanya sekitar 24% yang tidak menggunakan hak pilihnya menurut sumber yang sama diatas, pengaruh iklan di media media belum pasukan cyber armynya partai "kacang" garuda yang membuat black campaign dimana mana, membuat banyak pemilih pemula menaruh harapan pada sang empunya kata blusukan, pilpres nanti mungkin akan menjadi pertaruhan terakhir para 60+ untuk memperebutkan kursi no 1 di indonesia menggantikan papa nobita yang sekarang berkuasa dengan partai katakan tidaknya ini.


Antara suka dan tidak kita akan memiliki pemimpin baru yang memiliki misi masing masing dibelakang partai yang mendukungnya, partai demokrasi, partai macan asia dan partai beringin akan melobi "ideologi" poli'tikus' yang jilat sana jilat sini untuk mencari kekuasaan dan lainnya, dan diantara itu semua, kembali kita rakyat ( baik yang memilih atau yang tidak ) hanya bisa menaruh harapan diatas mimpi yang tertukar dengan keserakahan kenyataan , di ujung jalan kehidupan kita masing masing hanya nafas kita yang menderu melepas peluh untuk mengharap imbalan atas nama kesejahteraan.

Sejarah Politik Etis atau Politik Balas Budi

Pieter Brooshooft
C.Th. van Deventer

















Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.

Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.

Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda.